Sekolah Pendidikan KARAKTER atau LEADERSHIP?
1:47 AM
Sebenernya ide ini terlintas gara gara kemarin berkesempatan terjun ke masyarakat yang daerahnya kena banjir dan melihat langsung keadaan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Cluenya daerah kabupaten Bandung yang tiap tahun pasti terendam banjir, well semacam rural areanya Bandung.
Kenapa aku pengen banget bikin sekolah pendidikan karakter atau umumnya pendidikan leadership. Oke pertama tama jangan dibayangin sekolah yang formal yang menetapkan standar nilai angka dan bla bla bla bla. Disebut sekolah karena disana ada pendidikan dan adanya transfer ilmu. Ide awalnya simple banget karena aku melihat anak kecil yang disuruh antri pas pembagian bingkisan tapi gak mau antri. Sesimple itu kah muncul idenya? yes indeed!
Dalam kegiatan tersebut ada beberapa sesi pertama tablig akbar, pengobatan gratis dan pembagian bingkisan. Untuk pembagian bingkisannya sendiri dibagi menjadi tiga bagian, bingkisan untuk anak-anak, orang tua/rumah tangga, dan bayi. Perlu dicatat aku bukan donaturnya hhehe, aku cuma anak bawang yang kebetulan ditarik buat ikut acara.
Acara diawali dengan tablig akbar, warga yang datang lumayan agak banyak, kemudian dilanjutkan dengan pembagian bingkisan yang pertama untuk anak anak dulu. Logisnya anak anak itu adalah makhluk yang gampang di atur kan? tapi ini? disuruh antri pun susahnya Masya Allah. Disitu aku narik kesimpulan penyebab mereka gak mau antri.
1. Mereka tidak dibiasakan untuk bersabar, tenggang rasa dan menghargai orang lain. Padahal jelas jelas ada dikurrikulum pelajaran SD lho! Asal kita kebagian bodoamat sama orang lain. Kurrikulum tinggalah kurrikulum uyang hanya dihapal untuk ujian.
2. Adanya ketakutan tidak akan kebagian alias serakah. Padahal sudah jelas jelas panitia pelaksana menghitung jumlah anak yang ada di kampung tersebut, dan panitia pun pasti bikin bingkisan lebih untuk antisipasi takut bingkisannya kurang. Malah ada ang udah kebagian balik lagi alasannya buat adiknya atau siapalah itu, lagi-lagi, serakah!
3. Orang tua ikut “riweuh” ngantri bingkisan padahal jelas jelas bingkisan tersebut buat anak-anak YANG SUDAH BISA MAKAN BISKUIT! Bahkan sampai ada ibu-ibu yang antri sambil bawa bayi yang belum bisa makan apa2 selain asi/mpasi dan bilang jatah buat si bayi mana? PLIS DEH BU MIKIR SAETIK NAPA? Yang disuruh anak - anak ko malah mamah - mamahnya yang riweuh.
4. Tidak adanya kedisiplinan. Orang tuanya aja gak disiplin, wajar dong kalau anaknya gak disiplin. Remember, buah gak jatuh jauh dari pohonnya.
5. Terlalu bannyak pemakluman. Well sebenernya ini sering terjadi di Indonesia, terlalu banyak dimaklum. “ya udahlah kasih aja kasian” “Yaudahlah cuma satu ini” “yaudahlah salah sedikit gak ada yang tau” dan masih banyak yaudahlah yang lainnya. Intinya tidak ada ketegasan.
Sering banget kan liat pembagian sembako ricuh, ya karena mentalnya miskin, dari kecil sudah dibiasakan dengan keserakahan, ketakutan gak kebagian, gak punya rasa sabar dan menghargai orang lain, kenapa ibu ibu samapai rela bawa anak2nya dalam antrian, ya karena serakah, biar dapet anak bayinya pun dapet jatah.
Di sekolah terlalu sering diajarkan untuk menjadi yang tercepat tapi lupa untuk diajarkan tetap disiplin. Penanaman sikap leadership dilupakan. Leadership disini tidak hanya melulu berbicara tentang memimpin dan dipimpin tapi dari leadership ini luas sekali cakupannya. Dalam leadership ada yang namanya tanggung jawab, kedisiplinan, tenggang rasa, karakter, dan lain sebagainya.
Selain ketika pembagian bingkisan, masih banyak orang yang buang sampah seenaknya. Sampah bekas gelas air mineral dibiarin tergeletak begitu aja. Malah aku liat sendiri ibu - ibu dengan entengnya buang gelas pelastik itu di depan aku. Ngeluhnya banjir terus, tapi buang sampah masih seenak jidat! dan aku benci banget lho sama yang buang sampah seenaknya. Prinsipku dari dulu “Jangan pernah berani memimpikan hal yang besar, ketika hal yang kecil aja masih kau abaikan” maksudnya gimana ingin meraih sesuatu kalau step2 nya aja kau curangi. Mau yang instant? masak mie instant aja ada prosesnya/step step kecilnya, kelupaan masukin bumbu ya gak enak.
Sekali lagi mental “looser “itu masih sangat sekali melekat dikehidupan masyarakat kita. Siapa yang salah? Gak perlu saling menyalahkan karena tugas kita semua yang harus memperbaikinya. Semuanya harus saling dukung dan bersinergi. Step yang paling sederhana adalah dimulai dari sendiri, dan mungkin untuk jangka panjangnya aku pengen membuat sekolah pendidikan karakter khususnya di rural area/kampung, sasarannya anak-anak kecil yang masih bisa dibentuk dan tentunya harus didukung oleh orangtunya biar gak mubadzir. .
“we didn’t do anything wrong, but somehow, we lost” (CEO NOKIA), yang gak salah aja bisa kehilangan/ketinggalan, apalagi yang berbuat salah terus dibiarin, bakal makin tenggelem aja.
Yuk dukung program pemerintah untuk mensukseskan Indonesia sebagai negara maju di tahun 2025!
———-
Ini gak diedit, boleh dibantah dan ditambahkan. Kebanyakan tulisan saya tanpa editan ko, jadi maafkanlah kalau tidak nyambung kebanyakan typo, dan sedikit aneh.
Bandung, 6 April 2016
Maryam
0 comments